PemudaDalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah: Pemuda Islam Yang Berkualitas Tidak Lepas Dari Pendidikan Orang Tua Yang Totalitas Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu al-Qur'an dan al-Hadits, 2019 Misbahul Wani p>Tujuan pendidikan Islam, tidaklah sekedar proses alih budaya atau ilmu pengetahuan transfer of knowledge tetapi juga proses alih nilai-nilai ajaran Islam transfer of Islamic values . Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya menjadikan manusia yang bertaqwa, manusia yang dapat mencapai al-falah , serta kesuksesan hidup yang abadi di dunia dan akhirat muflihun . [1] Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap negara, pemerintah secara umum dan sekolah secara khususnya. Terlebih lagi pendidikan agama, karena dari orang tualah anak-anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pendidikan yang ditekankan tidak lain adalah pendidikan dengan konsep Islami yang menjadikan masalah penghambaan kepada Allah SWT, dan ketaatan kepada-Nya menjadi poros segala kehidupan. [2] Dari kisah Luqman, dapat diambil pelajaran sebagai pedoman baik bagi orang tua maupun para pendidik dalam melaksanakan pendidikan. Al-Qur’an sebagi pedoman hidup umat Islam, memuat semua segi kehidupan dan berbagai kisah yang dapat dijadikan contoh pedoman dalam kehidupan. [1] A. Syafi’I Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, Antara Cita dan Fakta , Yogyakarta Tiara Wacana, 1991, h. 41 [2] Muhammad Nasib, Ar-Rifa;I, Ringkasan Tafsir…, h. 789 Setelahdi episode sebelumnya dikisah tentang Kisah Adab Kepada Orangtua yaitu Ksah Sahabat Rasulullah ﷺ Usmah bin Zaid kepada ibundanya, dan juga Kisah Ulam Luqman Al-Hakim Oleh Nur Hidayani Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh.” Oleh karena itu, seseorang yang berhak diteladani adalah seseorang yang memiliki akhlak mulia, jujur, selaras antara perkataan dan perbuatan. Bahkan tanpa berkata pun, perilaku seorang teladan itu dapat dijadikan contoh untuk ditiru, misalnya dalam hal keteguhan iman, keikhlasan, kesabaran, empati, dan kehalusan budinya. Sebagai orang tua, baik buruknya akhlak akan dicontoh oleh anak-anaknya. Orang tualah yang pertama dan utama dikenal dan paling dekat keberadaannya. Belajar dan terus mengkaji banyak hikmah, merupakan suatu keniscayaan sebagai upaya memantaskan diri untuk menjadi teladan. Pada kesempatan ini, mari kita ambil pelajaran dari keteladanan Luqman al-Hakim yang meskipun bukan rasul maupun nabi, akan tetapi namanya diabadikan di dalam al-Quran. Mengenal Luqman al-Hakim Bicara soal Luqman al-Hakim memang tidak ada habisnya, mulai dari perbedaan pendapat ulama tentang kenabiannya, sampai asal-usulnya. Dalam riwayat Ibnu Abbas 3-68 H, Luqman berasal dari Ethiopia. Menurut riwayat Sa’id bin Musayyab 15-94 H dan Jabir bin Abdullah 16-78 H, ia berasal dari Nubia, Mesir atau Sudan. Ia berkulit hitam, berhidung pesek, pendek, dan berbibir tebal, menurut sebagian besar riwayat Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-Adhîm, juz 6, h. 333. Meskipun dalam beberapa riwayat Luqman digambarkan sebagai seorang yang tidak menarik penampilannya, namun dia adalah seorang bijak bestari hingga dimuliakan oleh Allah dalam al-Quran. Hal ini membuktikan bahwa semua orang punya peluang yang sama menjadi kekasih Allah yang Maha Rahman dan Rahim, tanpa memandang warna kulit, latar belakang, dan muasal kelahirannya. Ia tidak sekadar memberi inspirasi, tapi inspirasi itu sendiri. Baca Juga Menggali Kebijaksanaan dari Pribadi Zuhud Pak AR Jejaknya terus hidup, mengajarkan semangat pada generasi setelahnya, terutama orang-orang yang berkeadaan sepertinya. Dalam satu riwayat, ketika seorang berkulit hitam datang, Sa’id bin Musayyab berkata, “jangan bersedih karena kau berkulit hitam. Karena sesungguhnya ada tiga manusia terbaik berkulit hitam dari Sudan Bilal, Mahja’ maula budak Umar bin Khattab, dan Luqman al-Hakim, ia orang kulit hitam dari Nubia” Ibnu Katsir, juz 6, h. 333. Luqman memiliki hati yang tulus dan akhlaknya sangat mulia. Kata-kata hikmah sebagai nasihat selalu keluar dari lisannya. Kemuliaan seseorang di hadapan Allah swt. tidak tergantung kekayaannya, paras wajahnya, kedudukan atau jabatannya, warna kulitnya dan lainnya, akan tetapi pada ketakwaan dan akhlaknya. Artinya, “Dari Ibnu Abbas ra. berkata Saya mendengar Rasulullah saw bersabda Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi beliau adalah seorang hamba yang banyak berpikir secara bersih dan penuh keyakinan sehingga ia mencintai Allah dan Allah pun mencintainya, maka dilimpahkan kepadanya al-Hikmah” HR. al-Qurthuby. Dari penuturan Ibnu Abbas ini, dapat kita ketahui bahwa berpikir, belajar, hingga menjadi orang cerdas saja tidak cukup tanpa membersihkan pikiran yang mengotori keyakinannya kepada Allah swt. Kecintaan Luqman al-Hakim kepada Allah diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk nasihat yang disampaikan dengan cara bijak dan penuh hikmah. Luqman al-Hakim dipilih Allah sebagai sosok orang tua panutan yang diabadikan namanya menjadi sebuah nama surat dalam al-Quran, yaitu surat Luqman yang merupakan surat ke-31. Alasan Luqman Mendapat Julukan Ahli Hikmah? Makna hikmah adalah mengetahui hakikat segala sesuatu apa adanya dan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya. Hikmah juga bermakna nasihat. Menurut Ibnu Katsir, hikmah itu pemahaman, ilmu, kesungguhan memenuhi panggilan kebaikan dan konsisten atasnya. Orang yang ahli hikmah disebut dengan “al-Hakim”. Sebab itu, Luqman ini dikenal juga dengan sebutan Luqman al-Hakim Luqman ahli hikmah. Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, h. 114. Dengan demikian, Luqman dijuluki ahli hikmah atau “al-Hakim” karena memiliki pemahaman ilmu yang dalam terhadap hakikat kebaikan sesuatu dan memiliki kesungguhan dalam mengamalkannya serta menyampaikannya dalam wujud nasihat kepada anaknya. Panggilan Sayang Luqman Al-Hakim pada Anaknya Pada surat Luqman ayat 13, diberitakan kepada kita cara Luqman berinteraksi dengan anaknya sekaligus salah satu nasihat yang ia sampaikan pada sang buah hati. وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ“ Artinya, “Dan Ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dalam ayat ini, Luqman menggunakan kata “Ya Bunayya”. Dalam bahasa Arab, kata “Ya Bunayya” berasal dari kata “ibnu” yang berarti anak laki-laki. Sedangkan “Ya Bunayya” dalam kaidah bahasa Arab merupakan bentuk tashghir. Secara bahasa, “Ya Bunayya” berarti anak yang paling kecil. Sedangkan dalam hal ini, kata “Ya Bunayya” diartikan sebagai wahai anakku dalam bentuk nada panggilan yang paling halus dan paling sopan. Dengan demikian, panggilan “Ya Bunayya”, bukanlah untuk mengecilkan atau merendahkan, namun untuk menunjukan rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Yaa Bunayya adalah panggilan indah dalam al-Quran. Panggilan yang digunakan oleh para nabi dan orang orang saleh untuk permata hati mereka. Yaa Bunayya adalah sebuah kesadaran akan tanggung jawab yang besar. Kesadaran dan tanggung jawab orang tua akan amanah anak yang diberikan Allah kepada mereka. Kesadaran orang tua untuk mendidik dan menyayangi anak-anaknya demi menjaga fitrah mereka. Panggilan “Yaa Bunayya” menggambarkan betapa harmonisnya hubungan orang tua dengan anaknya, ketulusan kasih sayang dan perhatian yang dalam akan kesucian jiwa buah hatinya. Baca Juga Pendidikan Karakter Takwa dalam Keluarga Sakinah Kualitas diri orang tua diukur dari eksistensi yang dirasakan anak-anaknya. Seorang ibu bukanlah orang penting manakala dianggap tidak penting oleh anak dan suaminya. Orang tua hebat bukanlah yang bisnisnya besar dan berkembang pesat. Orang tua hebat adalah yang mampu mencukupi kebutuhan jasmani dan ruhani serta mengarahkan anak-anaknya pada ketaatan pada Rabb-nya. Jika selama ini kita merasakan banyak sekali kendala dalam berkomunikasi dengan anak, nasihat sering diabaikan bahkan ditentang, maka saatnya kita introspeksi diri. Bisa jadi terhadap anak kita minim edukasi, lemah antisipasi, enggan bercermin diri, menegakkan aturan tanpa keteladanan, meremehkan kesalahan kecil dan mengabaikan kebaikan kecil dari anak kita. Padahal anak-anak akan merasa dicintai bila didekati dengan kasih sayang dan kelembutan. Anak merasa dihargai bila sekecil apapun prestasinya diapresiasi dan kesalahan kecil diarahkan dengan bijak serta penuh dengan keteladanan. Nasihat Luqman al-Hakim dalam Mendidik Anak Bicara ihwal Luqman al-Hakim memang tidak ada habisnya. Dari mulai perbedaan pendapat ulama tentang kenabiannya, sampai asal-usulnya. Hal penting yang perlu kita ambil adalah bagaimana hikmah yang dimiliki Luqman al-Hakim dalam memberi pelajaran pada anaknya. Nasihat-nasihat Luqman al-Hakim yang sarat nilai diabadikan dalam al-Quran, surat Luqman ayat 12-19. Secara tekstual, ayat-ayat ini berbicara secara khusus tentang pesan Luqman dalam konteks mendidik anak sesuai dengan pesan al-Quran. Apalagi pesan Luqman dalam surat ini sebenarnya adalah pesan Allah yang dibahasakan melalui lisan Luqman al-Hakim sehingga sifatnya mutlak dan mengikat. Pesan Luqman dalam bentuk perintah berarti perintah Allah, demikian juga nasihatnya dalam bentuk larangan pada masa yang sama adalah juga larangan Allah yang harus dihindari. Al-Quran Surat Luqman ayat 12 sampai 19 memuat pokok-pokok nasihat Luqman pada anaknya, di antaranya 1 Larangan menyekutukan Allah swt. 2 Perintah bersyukur kepada Allah swt; 3 Perintah berbuat baik kepada ibu dan bapak; 4 Larangan mengikuti orang tua yang musyrik, namun tetap dipergauli dengan baik; 5 Pahala bagi orang yang beramal kebajikan; 6 Perintah melaksanakan shalat, berbuat baik dan menjauhi kemungkaran serta sabar; 7 Larangan sombong dan pentingnya bersikap tawadhu’. Baca Juga Tiga Metode untuk Memperkokoh Iman Selain tujuh ayat dalam surat Luqman, ternyata masih banyak lagi nasihat Luqman al-Hakim pada anaknya yang tidak diterangkan dalam al-Quran. Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mengumpulkan beberapa nasihat Sayyidina Luqman al-Hakim untuk anaknya. Berikut dua dari sekian banyak nasihatnya حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا سَيَّارٌ، حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ، عَنْ مَالِكٍ يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ قَالَ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ، اتَّخِذْ طَاعَةَ اللَّهِ تِجَارَةً تَأْتِكَ الْأَرْبَاحُ مِنْ غَيْرِ بِضَاعَةٍ Artinya, “Diceritakan oleh Abdullah, dari ayahku, dari Sayyar, dari Ja’far, dari Malik, yaitu Ibnu Dinar, ia bekata Luqman berkata pada anaknya “Wahai anakku, jadikan ketaatan kepada Allah sebagai perniagaan, maka keuntungan akan mendatangimu tanpa modal barang dagangan”. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ وَاسِعٍ قَالَ كَانَ لُقْمَانُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَقُولُ لِابْنِهِ يَا بُنَيَّ، اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تُرِ النَّاسَ أَنَّكَ تَخْشَى اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؛ لِيُكْرِمُوكَ بِذَلِكَ، وَقَلْبُكَ فَاجِرٌ Artinya, “Diceritakan oleh Abdullah, dari ayahku, dari Yazid bin Harun, menceritakan Abu al-Asyhab, dari Muhammad bin Wasi’, ia berkata Luqman al-Hakim as. berkata pada anaknya “Wahai anakku, bertakwalah kepada Allah, dan jangan tunjukkan pada manusia bahwa kau takut kepada Allah azza wa jalla karena mengharap mereka memuliakanmu dengan itu, sedangkan hatimu mudah terhanyut”. Dua nasihatnya di atas adalah bukti kecerdasan Luqman. Ia mampu menyederhanakan pengetahuan berlevel tinggi agar dimengerti anaknya. Kita asumsikan “bunayya—anakku” di sini adalah anak kecil atau remaja yang pemahamannya terhadap sesuatu belum sempurna. Dengan menggunakan diksi “tijârah—perniagaan”, ia sedang menanamkan benih ketulusan di hati anaknya, bahwa untuk permulaan, anggaplah ketaatan kepada Allah sebagai perniagaan, dan kau akan mendapatkan keuntungan tanpa mengeluarkan modal. Seiring berjalannya waktu dan pengalaman hidup berniaga sesama manusia, perlahan-lahan ia akan menyadari tidak ada mitra niaga yang sebaik Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun kalimat “maka keuntungan akan mendatangimu tanpa modal barang dagangan” dimaksudkan sebagai penguat benih ketulusan yang telah ditanamkan. Kalimat, “tanpa modal barang dagangan”, merupakan proses pengajaran agar tidak terlalu terikat dengan sifat kebendaan. Pemahaman secara sederhana, ketika seseorang berniaga dengan modal, ia mengharapkan keuntungan yang lebih dari modal yang dikeluarkannya. Jika gagal, ia akan diselimuti kekecewaan. Berbeda dengan perniagaan yang iming-iming keuntungannya tanpa mengeluarkan modal, orang yang melakukannya tidak akan berhitung untung-rugi. Nasihat untuk berprasangka baik kepada Allah husnudhan digambarkan sebagai bisnis dengan Allah yang tidak mungkin gagal. Pasalnya, Allah telah memberikan banyak modal kepada kita, dari mulai kehidupan yang tidak pernah diminta, hingga pengetahuan bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Ini menunjukkan pentingnya arti kehidupan dan pentingnya berbuat sesuatu dalam hidup dan memaknainya. Jadi, gagal dan tidaknya, tergantung prasangka kita kepada Allah sebagaimana firman-Nya hadits qudsi “Anâ inda dhanni abdî bî—Aku sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” Luqman menginginkan anaknya untuk menjadi orang yang bertakwa. Menariknya, nasihat tersebut disertai dengan peringatan bahwa kebaikan sangat dekat dengan riya dan ujub. Oleh karena itu, Luqman meminta anaknya untuk menyembunyikan ketakwaannya kepada Allah agar tidak sampai dimuliakan dan dipuji oleh manusia. Sebab, hati manusia itu sangat rapuh, mudah tertarik dan benci atas sesuatu, dan mudah terhanyut dan terbuai akan sesuatu. Sebagai permulaan, cara teraman menghindari pujian adalah menyembunyikan amal baik dari orang lain. Masya Allah, luar biasa dalamnya makna yang terkandung pada nasihat-nasihat Luqman al-Hakim pada anaknya. Inilah yang dimaksud hikmah, selain cerdas akal juga cerdas hati dan spiritualnya. Dalam buku Mizajut Tasnim fi Hikami Luqman al-Hakim karya Imam Ali bin Hasan bin Abdullah al-Aththas juga memuat beberapa nasihat Luqman al-Hakim. Di antaranya, Luqman berkata kepada anaknya, “Hai anakku, sesungguhnya dunia bagaikan lautan dalam, banyak makhluk yang tenggelam di sana. Jadikanlah iman sebagai perahumu, dan takwa sebagai isinya”. Dari pesan di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan seseorang di dunia dapat selamat dan membawa kebahagian di akhirat apabila dia membawa dua hal pokok yang tidak dapat dipisahkan yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Baca Juga Merawat Kebersamaan dalam Keluarga dengan Literasi Al-Quran Pada nasihatnya yang lain, Luqman berkata pada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu terhanyut dalam urusan keduniawian yang nantinya akan membahayakan akhiratmu, dan janganlah kamu sama sekali tidak memikirkan urusan duniamu karena hal itu akan menjadikan beban pada orang lain”. Nasihat di atas berisi sebuah akhlak terhadap Allah untuk menumbuhkan rasa zuhud pada diri kita yang tentunya berdasarkan perintah-perintah dari firman-Nya untuk dilaksanakan dalam hidup di dunia. Hal tersebut karena sesungguhnya esensi dari kehidupan manusia adalah untuk mencari bekal menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Semua nasihat Luqman mengandung makna yang sangat dalam untuk menuju ketakwaan kepada Allah dan berakhlak mulia di hadapan manusia. Pantaslah bila Luqman disebut seorang ahli hikmah. Sebab, kata-katanya merupakan pelajaran dan nasihat, diamnya adalah berpikir, dan isyarat-isyaratnya merupakan peringatan. Dia bukan seorang Nabi melainkan seorang yang bijaksana, yang Allah telah memberikan kebijaksanaan di dalam lisan dan hatinya, di mana ia berbicara dan mengajarkan kebijaksanaan itu kepada manusia. Saatnya kita bertanya pada diri, kenapa kita yang dilahirkan merdeka, dengan segala kemudahannya, kadang tidak menjadi apa-apa. Hanya diingat oleh sebagian kecil keluarga dan teman, yang kemudian perlahan-lahan dilupakan orang-orang. Sedangkan Luqman, dari masih berstatus budak, meluangkan waktu untuk belajar, meluaskan kelapangan pikiran dan hatinya sehingga menjadi orang tua yang bijaksana.
Kisahluqman merupakan teladan pendidikan orang tua kepada. Question from @Aditya332 - Sekolah Dasar - B. arab
ilustrasi foto freepik – – Ulama berbeda pendapat apakah Luqman seorang Nabi atau hanya seorang yang bijak bestari. Pendapat terkuat adalah bahwa Luqman bukanlah seorang Nabi melainkan seorang ahli hikmah hakiim. Namanya diabadikan menjadi nama salah satusurat dalam Al-Qur’an. Sebagian besar ayat-ayat dalam surat Luqman bercerita tentang nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya. Pelajaran berharga yang dapat kita ambil di sini adalah seyogyanya pendidikan dasar pertama yang diterima oleh anak adalah datang dari orang tuanya sendiri. Orang tualah yang paling bertanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anaknya ke jalan yang baik. Adapun sekolah hanyalah sebagai sarana pendukung dalam proses pendidikan anak secara formal. Jadi, selayaknya orang tua selalu memberikan nasehat-nasehat berharga kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil. Karena di masa-masa itu, ingatan mereka masih sangat kuat untuk merekam apa saja yang disampaikan kepada mereka. Dalam usia-usia tersebut, mereka ibarat kertas putih yang bisa ditulis dengan apa saja. Alangkah baiknya bila orang tua memanfaatkan masa-masa itu untuk membentuk karakter dan pribadi anak-anaknya dalam bingkai keimanan dan akhlak yang mulia. Ada beberapa nasehat yang diberikan Luqman kepada anaknya seperti yang tercantum dalam surat Luqman ayat 13 – 19 “Ingatlah, ketika Lukman memberi pelajaran kepada anaknya dengan ber¬kata, “Hai, Anakku! Janganlah menyekutukan Allah. Sesungguhnya, menyekutukan Allah itu kezaliman yang besar.” QS. Luqman 13 “Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang sangat lemah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada-Ku, kamu kembali.” QS. Luqman 14 “Jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada ilmunya, janganlah kamu menaati keduanya. Tetapi, bergaullah secara baik dengan keduanya di dunia dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku tempat kembalimu. Lalu, akan Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “ QS. Luqman 15 “Lukman berkata, “Hai, Anakku! Sungguh, jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi yang berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya, Allah Mahahalus, Mahateliti. “ QS. Luqman 16 “Hai, Anakku! Laksanakan salat, ajak manusia melakukan perbuatan baik, cegah mereka dari perbuatan mungkar, dan bersabarlah terhadap ujian yang menimpamu. Sungguh, perkara itu sangat penting. “ QS. Luqman 17 “Jangan kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan jangan berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri. “ QS. Luqman 18 “Rendahkanlah hatimu saat berja¬lan dan lembutkanlah suaramu. Se¬sung¬guhnya, seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” QS. Luqman 19 Pelajaran itu antara lain Jangan mempersekutukan Allah. Ini merupakan pelajaran aqidah yang paling mendasar yang mesti diberikan kepada anak sejak dini. Jika iman dan aqidah sudah tertanam dengan kuat dalam dirinya, niscaya ia akan tumbuh menjadi anak yang konsisten, penuh tanggung jawab dan tegar menghadapi segala cobaan hidup. Berbakti pada kedua orang tua. Orang tua sebagai faktor lahirnya anak ke muka bumi adalah orang yang paling berhak untuk diberikan bakti oleh anak-anak. Begitu pentingnya berbakti kepada orang tua sampai-sampai dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw. bersabda “Keridhaan Allah terletak di atas keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah terletak di atas kemurkaan orang tua.” Mendirikan shalat dan melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Pembiasaan ibadah kepada anak-anak sejak kecil sangat berguna untuk memberi kesadaran kepada mereka bahwa keberadaan mereka di dunia ini semata-mata hanyalah untuk mengabdi kepada Allah swt. Dengan demikian ia akan hidup dengan sebuah misi dan target yang jelas. Misinya adalah berubudiyah kepada Allah, sementara targetnya adalah mencapai ridha Allah. Hal ini sekaligus juga akan menumbuhkan dalam diri anak keberanian memikul sebuah tugas dan tanggung jawab serta mampu bersikap disiplin. Sebab, semua jenis ibadah yang diajarkan oleh Islam mengajarkan kita untuk berani memikul amanah dan disiplin dalam menjalankannya. Di samping itu, yang dituntut dalam melaksanakan sebuah ibadah bukan sekedar lepas kewajiban, melainkan yang terpenting adalah pembentukan pribadi dan karakter yang baik yang tampak nyata dalam aktivitas sehari-hari sebagai buah yang positif dari rutinitas ibadah yang dikerjakan. Jangan berlaku sombong. Nasehat ini sangat berharga bagi anak-anak sebagai bekal dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Jika ia ingin diterima oleh masyarakat, ia mesti menjauhi segala pantangan pergaulan dalam masyarakat. Karena, jika ia bersikap sombong maka secara tidak langsung sesungguhnya ia telah merendahkan orang lain. Dan siapapun orangnya sudah pasti memiliki harga diri dan tidak akan rela bila dipandang enteng dan diremehkan. Maka, modal utama pergaulan dalam masyarakat adalah sikap tawadhu’ rendah hati dan tidak menganggap diri lebih dari orang lain. [ ] Sumber 5 Redaksi admin 860
Siladukung video ini dengan cara like, comment, share, dan subscribe. Terima kasih. Salam.
Kisah atau sejarah adalah salah satu bagian dari kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an. Pengungkapan berbagai bentuk kisah itu bukan tanpa makna dan nilai, karenaAllah tegaskan bahwa pada kisah-kisah itu terdapat ibrah pelajaran yang dapat ditangkap oleh orang-orang yang punya nyali tinggi yang al-Qur’an menyebutnya dengan istilah ulul suatu kisah itu adalah tentang Luqmanul Hakim terdapat dalam surat ke31, yaitu Surat Luqman. Luqman banyak memberikan berbagai petunjuk kepada anaknya, hal itu dapat dilihat pula dalam berbagai perspektif; akidah, ibadah, dan akhlak. Pengungkapan kisah Luqman ini dalam al-Qur’an dapat dijadikan acuan dan pedoman dasar bagi keluarga Muslim,-terutamauntuk dikembangkan dan diaplikasikan bagi keluarga masing-masing yang muaranya untuk menampakkan dan memainkan peran keluarga dalam pendidikan generasi muda, terutama dalam pembentukan keluarga yang Islami, tentu saja dalam perspektif dunia pendidikan. Hal itu, secara spesifik dapat dikategorikan tentang materi pendidikan, metode pendidikan, bahkan seni mendidik. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 105 PENAFSIRAN KISAH LUQMAN DALAM AL-QUR’AN Relevansinya dengan Pendidikan Keimanan dalam Keluarga Rusydi AM UIN Imam Bonjol Padang E-mail Abstrak Kisah atau sejarah adalah salah satu bagian dari kandungan yang terdapat dalam al-Qur’an. Pengungkapan berbagai bentuk kisah itu bukan tanpa makna dan nilai, karenaAllah tegaskan bahwa pada kisah-kisah itu terdapat ibrah pelajaran yang dapat ditangkap oleh orang-orang yang punya nyali tinggi yang al-Qur’an menyebutnya dengan istilah ulul suatu kisah itu adalah tentang Luqmanul Hakim terdapat dalam surat ke31, yaitu Surat Luqman. Luqman banyak memberikan berbagai petunjuk kepada anaknya, hal itu dapat dilihat pula dalam berbagai perspektif; akidah, ibadah, dan akhlak. Pengungkapan kisah Luqman ini dalam al-Qur’an dapat dijadikan acuan dan pedoman dasar bagi keluarga Muslim,-terutamauntuk dikembangkan dan diaplikasikan bagi keluarga masing-masing yang muaranya untuk menampakkan dan memainkan peran keluarga dalam pendidikan generasi muda, terutama dalam pembentukan keluarga yang Islami, tentu saja dalam perspektif dunia pendidikan. Hal itu, secara spesifik dapat dikategorikan tentang materi pendidikan, metode pendidikan, bahkan seni mendidik. Kata kunci Kisah, ibrah, ulul al-bab, tauhid, pendidikan, keluarga. Pendahuluan Keimanan merupakan keyakinan yang harus dimiliki oleh umat yang beragama, terutama penganut Islam, keimanan menjadi penentu dan identitas seseorang dalam meyakini Allah sebagai perkembangannya, keimanan mampu menjadi pengontrol dalam menjalani kehidupan juga bahwa keimanan mampu untuk memberikan motivasi guna melaksanakan berbagai perintah dan meninggalkan larangan-larangannya. Sehingga konsep dosa dan pahala tertanam dalam hidupnya. Kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat untuk mengetahui tiga hal pokok dalam agama, yaitu mengetahui Rabbnya, mengetahui agamanya dan mengetahui terhadap ketiga hal pokok tersebut bukan hanya sekedar pengetahuan saja, akan tapi harus dibenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dan itulah yang dimaksud dengan iman. Dan keimanan yang ada pada seseorang harus senantiasa ada dan berkembang serta harus benar-benar dijaga kemurniannya. Tidaklah dibenarkan jika keimanan itu dicampuradukkan dengan berbagai kegiatan yang bertabur khurafat dan takhayul. Dan jika hal itu terjadi bukan lagi keimanan namanya melainkan kemusyrikan. Saat ini fenomena kemusyrikan sudah banyak yang dibingkai dengan 106 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 2019 bingkai agama, sehingga ada sebagian orang yang mempunyai anggapan keliru di saat selesai melakukan perbuatan syirik yang dibingkai dengan bingkai agama itu bahwa dia telah melaksanakan ajaran agama, padahal apa yang dia lakukan adalah perbuatan yang penuh dengan kesyirikan. Syirik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni Allah manakala orang yang bersangkutan tidak mohon ampunan-Nya sebelum dia meninggal dunia. Selain fenomena kemusyrikan, yang harus diwaspadai agar keimanan kita dan peserta didik tetap ada dan terjaga kemurniannya adalah “Riddah” atau keluar dari ajaran Islam. Fenomena yang kedua ini tidak kalah dahsyatnya berkembang dalam kehidupan sehari-hari dan kebanyakan diantara kita sering tidak sadar bahwa apa yang diucapkan, yang diperbuat, termasuk yang digerakan dikeretegkeun sunda dalam hati bisa menyebabkan keluarnya kita dari Agama Islam murtad.Sesuai dengan latar belakang di atas maka perlu dirumuskan tentang pentingnya pendidikan keimanan sebagai upaya sistematis dalam pendidikan agar keimanan kita tetap terjaga kemurniannya dan terhindar dari berbagai hal yang bisa merusak keimanan kita. Iman menjadi dalam kehidupan manusia dalam menjalan hidup dan kehidupannya. Luqman telah mencontoh langkah antisipatif dan kuratif kepada anak-anaknya agar mereka terhindar kemusyrikan tersebut dan konsekuen dengan tauhid kepada Allah. Pendidikan Keimanan dalam Keluarga Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” hal, cara, dan sebagainya. Istilah pendidikan ini semula berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. 1Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.”2 Dalam pandangan agama Islam, keluarga memiliki nilai dan peran yang demikian strategis dan tinggi. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang cukup besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan dasar-dasar yang arif guna memelihara kehidupan yang harmonis dalam keluarga. Hal itu, karena tidak dapat dibantah bahwa keluara adalah dasar pertama dan utama untuk mewujudkan masyarakat, bahkan bangsa yang damai dan sejahtera, atau negeri yang diistilahkan al-Quran dengan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”. Sejalan dengan hal itu Satiadarma menulis Tak disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar interaksi sosial. Melalui keluargalah anak belajar merespon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat dan yang lebih luas kelak. Melalui proses inilah, seorang anak secara bertahap belajar mengembangkan potensi diri, dan kemampuannalar serta 1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002, h. 13 2Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 2007, Cet. III, h. 263 Rusydi AM, Penafsiran Kisah Luqman dalam al-Qur`an 107 imajinasinya dan tahapan perkembangan Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru pendidik; mencakup pendidikan formal, maupun nonformal serta informal. Segi yang dibina oleh pendidikan dalam definisi ini adalah seluruh aspek kepribadian”.4Pengertian pendidikan menurut Armai Arief yaitu pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam rangka untuk membimbing perkembangan rohani dan jasmaninya menuju ke arah kedewasaan, sehingga dengan adanya bimbingan ini dapat menjadikan anak menjadi manusia yang berguna baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk hidup dalam Kisah Luqman dalam Al Qur’an Di antara ayat-ayat Al-Qur’anyang menjelaskan kisah Luqman terdapat dalam Surat Luqman Ayat13-15berikut ini ْكِﺮْﺸُﺗ َﻻ ﱠَﲏُـﺑ ﺎَﻳ ُﻪُﻈِﻌَﻳ َﻮُﻫَو ِﻪِﻨْﺑِﻻ ُنﺎَﻤْﻘُﻟ َلﺎَﻗ ْذِإَوٌﻢﻴِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َكْﺮﱢﺸﻟا ﱠنِإ ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ١٣ ﺎَﻨْـﻴﱠﺻَوَوٍﻦْﻫَو ﻰَﻠَﻋ ﺎًﻨْﻫَو ُﻪﱡﻣُأ ُﻪْﺘَﻠََﲪ ِﻪْﻳَﺪِﻟاَﻮِﺑ َنﺎَﺴْﻧِْﻹاَﺪِﻟاَﻮِﻟَو ِﱄ ْﺮُﻜْﺷا ِنَأ ِْﲔَﻣﺎَﻋ ِﰲ ُﻪُﻟﺎَﺼِﻓَو ﱠَﱄِإ َﻚْﻳ3Monti P. Satiadarma, Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak Dampak Pigmalion dalam Keluarga, Jakarta Pustaka Populer Obor, 2001, h. 121. 4Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. IX, h. 6 5Armai Arief, Refolmulasi Pendidikan Islam, Jakarta Crsd Press, 2005, Cet. I, h. 17 ُﲑِﺼَﻤْﻟا١٤ ِﰊ َكِﺮْﺸُﺗ ْنَأ ﻰَﻠَﻋ َكاَﺪَﻫﺎَﺟ ْنِإَوِﰲ ﺎَﻤُﻬْـﺒِﺣﺎَﺻَو ﺎَﻤُﻬْﻌِﻄُﺗ َﻼَﻓ ٌﻢْﻠِﻋ ِﻪِﺑ َﻚَﻟ َﺲْﻴَﻟ ﺎَﻣﱠَﱄِإ ﱠُﰒ ﱠَﱄِإ َبﺎَﻧَأ ْﻦَﻣ َﻞﻴِﺒَﺳ ْﻊِﺒﱠﺗاَو ﺎًﻓوُﺮْﻌَﻣ ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟاْﻢُﺘْﻨُﻛ ﺎَِﲟ ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَـﻧُﺄَﻓ ْﻢُﻜُﻌِﺟْﺮَﻣَنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ١٥Artinya 13. Dan Ingatlah ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar".14. Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt. menceritakan tentang nasehat Luqman kepada anaknya. Luqman adalah anak Anqa ibnu Sadun, dan nama anaknya ialah Saran, menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh Imam Swt. menyebutkan kisah Luqman dengan baik, bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman memberikan nasehat kepada 108 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 2019 anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan kepada anaknya adalah agar dia anaknya menyembah Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Kemudian Luqman memperingatkan anaknya, bahwa ٌﻢﻴِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َكْﺮﱢﺸﻟا ﱠنِإ Artinya Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Luqman 31 13.6 Dalam ayat ini Allah tegaskan bahwa perbuatan mempersekutukan Allah syirik itu adalah perbuatan aniaya kezaliman yang paling besar. Bahkan, menurut Said Quthb, bahwa apa yang dilakukan oleh Luqman adalah cerminan betapa besar tanggung jawabnya selaku orang tua terhadap anaknya. Bahkan, dalam ayat ini terdapat dua buah ta’kid penguatan, yaitu dengan mengemukakan larangan dan menjelaskan sebabnya, dan kali kedua dengan adanya “inna” dan “lam” yang menunjukkan Hal ini senada dengan hadis riwayat Bukhari ِﻦَﻋ ،ٌﺮﻳِﺮَﺟ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ،ُﺔَﺒْﻴَـﺘُـﻗ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ﱡيِرﺎَﺨُﺒْﻟا َلﺎَﻗِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ، َﺔَﻤَﻘْﻠَﻋ ْﻦَﻋ ،َﻢﻴِﻫاَﺮْـﺑِإ ْﻦَﻋ ، ِﺶَﻤْﻋَْﻷاَلﺎَﻗ ،ُﻪْﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا َﻲِﺿَر ،ِﻪﱠﻠﻟا ْﺖَﻟَﺰَـﻧ ﺎﱠﻤَﻟ } َﻦﻳِﺬﱠﻟا6Ismail Ibn Katsir al-Qursyi al-Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azhim Kairo Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah Syabab Al- Azhar, tt, Juz. III, h. 443 7Said Quthb, Fi Zhilal Al-Qur’an, Kairo Dar al-Syuruq, 1981, Jilid 5, h. 2788 َﳝِإ اﻮُﺴِﺒْﻠَـﻳ َْﱂَو اﻮُﻨَﻣآ ٍﻢْﻠُﻈِﺑ ْﻢُﻬَـﻧﺎ {] ِمﺎَﻌْـﻧَْﻷا٨٢ [ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ِبﺎَﺤْﺻَأ ﻰَﻠَﻋ َﻚِﻟَذ ﱠﻖَﺷ ،اﻮُﻟﺎَﻗَو ،ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ؟ٍﻢْﻠُﻈِﺑ ُﻪَﻧﺎَﳝِإ ﺲﺒْﻠَـﻳ َْﱂ ﺎَﻨﱡـﻳَأَﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻘَـﻓ" ﻪﻧأَﻊَﻤْﺴَﺗ َﻻَأ ،َكاَﺬِﺑ َﺲْﻴَﻟ َنﺎَﻤْﻘُﻟ ِلْﻮَـﻗ َﱃِإ } ﱠَﲏُـﺑ ﺎَﻳٌﻢﻴِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َكْﺮﱢﺸﻟا ﱠنِإ ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ ْكِﺮْﺸُﺗ َﻻ{ Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman syirik. Al-An'am 82 Hal itu terasa berat bagi para sahabat Nabi Saw. Karenanya mereka berkata, "Siapakah di antara kita yang tidak mencampuri imannya dengan perbuatan zalim dosa." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Bukan demikian yang dimaksud dengan zalim. Tidakkah kamu mendengar ucapan Luqman 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.' Luqman 13. Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Al-A'masy dengan sanad yang sama. Kemudian sesudah menasihati anaknya agar menyembah Allah semata. Luqman menasehati pula anaknya agar berbakti kepada dua orang ibu dan bapak. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu Rusydi AM, Penafsiran Kisah Luqman dalam al-Qur`an 109 } ِﻦْﻳَﺪِﻟاَﻮْﻟﺎِﺑَو ُﻩﺎﱠﻳِإ ﻻِإ اوُﺪُﺒْﻌَـﺗ ﻻَأ َﻚﱡﺑَر ﻰَﻀَﻗَوﺎًﻧﺎَﺴْﺣِإ{ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Al-Isra 23. Di dalam Al-Qur'an sering sekali disebutkan secara bergandengan antara perintah menyembah Allah semata dan berbakti kepada kedua orang tua. Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya } ﻰَﻠَﻋ ﺎًﻨْﻫَو ُﻪﱡﻣُأ ُﻪْﺘَﻠََﲪ ِﻪْﻳَﺪِﻟاَﻮِﺑ َنﺎَﺴْﻧﻹا ﺎَﻨْـﻴﱠﺻَوَوٍﻦْﻫَو{ Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Luqman 14 Mujahid mengatakan, yang dimaksud dengan al-wahn ialah penderitaan mengandung anak. Menurut Qatadah, maksudnya ialah kepayahan yang berlebih-lebihan. Sedangkan menurut Ata Al-Khurrasani ialah lemah yang bertambah-tambah. Firman Allah Swt. } ِْﲔَﻣﺎَﻋ ِﰲ ُﻪُﻟﺎَﺼِﻓَو{ dan menyapihnya dalam dua tahun. Luqman 14 Yakni mengasuh dan menyusuinya setelah melahirkan selama dua tahun, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya } ْﻦَﻤِﻟ ِْﲔَﻠِﻣﺎَﻛ ِْﲔَﻟْﻮَﺣ ﱠﻦُﻫَدﻻْوَأ َﻦْﻌِﺿْﺮُـﻳ ُتاَﺪِﻟاَﻮْﻟاَوَﺔَﻋﺎَﺿﱠﺮﻟا ﱠﻢِﺘُﻳ ْنَأ َداَرَأ{ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Al-Baqarah 233. Berangkat dari pengertian ayat ini Ibnu Abbas dan para imam lainnya menyimpulkan bahwa masa penyusuan yang paling minim ialah enam bulan, karena dalam ayat lain Allah Swt. berfirman }اًﺮْﻬَﺷ َنﻮُﺛﻼَﺛ ُﻪُﻟﺎَﺼِﻓَو ُﻪُﻠَْﲪَو{ Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Al-Ahqaf 15 Dan sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan jerih payah ibu dan penderitaannya dalam mendidik dan mengasuh anaknya, yang karenanya ia selalu berjaga sepanjang siang dan malamnya. Hal itu tiada lain untuk mengingatkan anak akan kebaikan ibunya terhadap dia, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya }اًﲑِﻐَﺻ ِﱐﺎَﻴﱠـﺑَر ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﻬَْﲪْرا ﱢبَر ْﻞُﻗَو{ Dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Al-Isra 24. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya } ُﲑِﺼَﻤْﻟا ﱠَﱄِإ َﻚْﻳَﺪِﻟاَﻮِﻟَو ِﱄ ْﺮُﻜْﺷا ِنَأ{ Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Luqman 14 Maksud ayat ini adalah bahwasesungguhnya Aku akan memberikan pembalasan dengan pahala yang berlimpah bila kamu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Syaibah dan Mahmud ibnu 110 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 2019 Gailan. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Wahb yang menceritakan bahwa Mu'az ibnu Jabal datang kepada kami sebagai utusan Nabi Saw. Lalu ia berdiri dan memuji kepada Allah, selanjutnya ia mengatakan Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah Saw. kepada kalian untuk menyampaikan, "Hendaklah kalian menyembah Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hendaklah kalian taat kepadaku, aku tidak akan henti-hentinya menganjurkan kalian berbuat kebaikan. Dan sesungguhnya kembali kita hanya kepada Allah, lalu adakalanya ke surga atau ke neraka sebagai tempat tinggal yang tidak akan beranjak lagi darinya, lagi kekal tiada kematian Allah Swt. } َﻚَﻟ َﺲْﻴَﻟ ﺎَﻣ ِﰊ َكِﺮْﺸُﺗ ْنَأ ﻰﻠَﻋ َكاَﺪَﻫﺎَﺟ ْنِإَوﺎَﻤُﻬْﻌِﻄُﺗ ﻼَﻓ ٌﻢْﻠِﻋ ِﻪِﺑ{ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Luqman 15 Jika keduanya ibu – bapakmu menginginkan dirimu dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya selain Islam, janganlah kamu mau menerima ajakannya, tetapi janganlah sikapmu yang menentang dalam hal tersebut menghambatmu untuk berbuat baik kepada kedua orang tuamu selama di dunia. } ﱠَﱄِإ َبﺎَﻧَأ ْﻦَﻣ َﻞﻴِﺒَﺳ ْﻊِﺒﱠﺗاَو{ Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.Luqman 15 Itulah jalannya orang-orang yang beriman. } َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ﺎَِﲟ ْﻢُﻜُﺌﱢﺒَـﻧُﺄَﻓ ْﻢُﻜُﻌِﺟْﺮَﻣ ﱠَﱄِإ ﱠُﰒ{ Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Luqman 15 Imam Tabrani mengatakan di dalam Kitab al-Asyarah-nya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ayyub ibnu Rasyid, telah menceritakan kepada kami Maslamah ibnu Alqamah, dari Daud ibnu Abu Hindun, bahwa Sa'd ibnu Malik pernah mengatakan bahwa ayat berikut diturunkan berkenaan dengannya, yaitu firman-Nya Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Luqman 15, hingga akhir ayat. Bahwa ia adalah seorang yang berbakti kepada ibunya. Ketika ia masuk Islam, ibunya berkata kepadanya, "Hai Sa'd, mengapa engkau berubah pendirian? Kamu harus tinggalkan agama barumu itu Islam atau aku tidak akan makan dan minum hingga mati, maka kamu akan dicela karena apa yang telah kulakukan itu, dan orang-orang akan menyerumu dengan panggilan, 'Hai pembunuh ibunya!'." Maka aku menjawab, "Jangan engkau lakukan itu, Ibu, karena sesungguhnya aku tidak bakal meninggalkan agamaku karena sesuatu." Maka ibuku tinggal selama sehari semalam tanpa mau makan, dan pada pagi harinya ia kelihatan lemas. Lalu ibuku tinggal sehari semalam lagi tanpa makan, kemudian pada pagi harinya kelihatan bertambah lemas lagi. Dan ibuku tinggal sehari semalam lagi tanpa makan, lalu pada pagi Rusydi AM, Penafsiran Kisah Luqman dalam al-Qur`an 111 harinya ia kelihatan sangat lemah. Setelah kulihat keadaan demikian, maka aku berkata, "Hai ibu, perlu engkau ketahui, demi Allah, seandainya engkau mempunyai seratus jiwa, lalu satu persatu keluar dari tubuhmu, niscaya aku tidak akan meninggalkan agamaku karena sesuatu. Dan jika Allah SWT dalam QS. Luqman [31] 13 tersebut merupakan athaf terhadap makna ayat yang disebutkan sebelumnya. Allah SWT memberikan Lukman hikmah ketika dia dijadikan orang yang bersyukur atas dirinya dan ketika dia dijadikan orang yang memberikan nasehat terhadap orang lain. 8 Demikian ini adalah alasan tingginya derajat seseorang yaitu ketika dia secara pribadi sempurna dan sekaligus menyempurnakan orang lain. Firman Allah “anisykur”hendaklah engkau bersyukur dalam QS. Lukman 3112 adalah isyarat yang menunjukkan kepada adanya penyempurnaan untuk orang lain. Ayat ini mengandung pesan yang halus bahwa Allah menyebutkan kisah Luqman dan memuji usahanya, Allah memberikan petunjuk kepada sianak agar dia belajar dari ayahnya tentang fadhilah nabi, yang memberi petunjuk kepada kerabat dekat dan orang lain. Memberi petunjuk kepada anak adalah sesuatu yang lazim dan semestinya, sedangkan menanggung beban dengan memberi pelajaran kepada orang lain bukanlah sesuatu yang biasa. Dengan demikian, menurut penulis bahwa ayat diatas jelas mengisyaratkan kepada kaum muslimin bahwa pendidikan keimanan merupakan pendidikan yang pertama 8Ismail Ibn Katsir al-Qursyi al-Dimasyqi, h. 445 dan yang utama lagi mendasar yang harus diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini dapat dipahami dari nasehat Luqman kepada anaknya, dimana nasehat yang pertama adalah larangan mensekutukan Allah dengan yang lain, karena menyekutukan Allah merupakan perbuatan zhalim yang sangat besar. Ini dapat dipahami bahwa menanamkan keimanan yang benar kepada anak merupakan perintah Allah yang harus dilakukan oleh setiap orang tua muslim, karena kalau tidak akan berdampak kepada aspek lain dari kehidupan anak, seperti aspek akhlak anak. Disamping itu, ayat ini juga mengisyaratkan bahwa orang tua selaku pendidik keimanan bagi anak, hendaklah terlebih dahulu memiliki keimanan yang sempurna kepada Allah, karena hal ini akan berpengaruh besar kepada keberhasilannya dalam melakukan proses pendidikan keimanan tersebut hal ini sebagaimana tampak pada diri Luqman. Ayat-ayat diatas menggambarkan tentang metode atau cara yang digunakan Al-Qur’andalam melakukan pendidikan keimanan. Adapun caranya adalah dengan menggunakan dialog, yaitu antara Luqman dengan anaknya dan juga Nabi Ibrahim dengan bapak dan kaumnya yang musyrik. Berbagai pertanyaan diajukan Ibrahim kepada bapak dan pengikutnya yang musyrik untuk melemahkan keyakinan yang mereka pegang selama ini. Implikasi Keimanan dalam Pendidikan Islam Uraian mengenai keimnan kepada Allah SWT dan pendidikan keimanan sebagaimana dapat dipahami dari kandungan ayat-ayat diatas memiliki hubungan yang erat dengan 112 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 2019 pendidikan Islam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Keimanan kepada Allah SWT dengan segala uraian yang berkaitan dengannya, selain menjadi materi utama pendidikan Islam, juga dapat menjadi dasar bagi perumusan tujuan pendidikan, dasar penyususnan kurikulum dan aspek-aspek pendidikan lainnya. Dikalangan ahli pendidikan disepakati bahwa mata pelajaran tentang keimanan termasuk mata pelajaran pokok dalam pendidikan dalam kurikulum pendidikan Islam dijumpai mata kuliah atau mata pelajaran akidah Islam, dengan berbagai namanya, seperti, ilmu Aqaid, ilmu Ushuluddin, ilmu Tauhid. Mata pelajaran ini harus diberikan terlebih dahulu dengan alasan bahwa iman merupakan sesuatu yang urgen dalam kehidupan manusiadan sangat menentukan hasil dari segala amal perbuatannya. Selanjutnya tujuan pendidikan Islam juga harus berkaitan dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan pribadi-pribadi yang beriman dan taat beribadah kepada Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya. 2. Keimanan kepada Allah SWT berfungsi mendorong upaya peningkatan dibidang pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dipahami dari keharusan orang-orang yang beriman agar memperkuat keimanannya dengan dalil-dalil, baik yang bersifat naqli Al-Qur’andan Hadis maupun dalil-dalil yang bersifat aqli yang dibangun dari argumentasi rasional. Keimanan kepada Allah tidak boleh didasarkan kepada ikut-ikutan atau taqlid. Karena keimanan yang seperti itulah yang akan menimbulkan sikap tanggung jawab, kreatif, dinamis, dan inovatif. Sikap yang demikian muncul sebagai hasil dari proses internalisasi sifat-sifat Allah dalam diri manusia dan manifestasinya dalam kenyataan hidup sesuai kadar keanggupannya. Di dalam surat al-Mujadalah 5911, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat seseorang yang memiliki keimanan yang diperkuat oleh ilmu pengetahuan. Nurcholis Madjid, menyatakan bahwa iman mendidik kita untuk mempunyai komitmen kepada nilai-nilai luhur, dan ilmu memberikan kecakapan teknis guna merealisasikannya. Jadi iman dan ilmu secara bersanma akan membuat kita menjadi orang yang baik sekaligus tahu cara untuk mewujudkan kebaikan kita. Maka dengan demikian, dapat dimengerti bahwa iman dan ilmu merupakan jaminan keunggulan dan 3. Orang yang bertanggung jawab dalam menanamkan keimanan ini dalam diri anak adalah orang tua. Orang tua harus punya perhatian yang penuh terhadap pendidikan keimanan anaknya. Adapun cara yang harus ditempuh oleh orang tua agar keimanan itu tertancap dikalbu anak adalah diantaranya dengan mengazankan dan 9Nurcholis Madjid,Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta Paramadina, 1995, Rusydi AM, Penafsiran Kisah Luqman dalam al-Qur`an 113 mengiqamatkan anak ketika baru dilahirkan. 4. Memberi nama yang baik, serta memberi makan dengan makanan yang halal lagi baik. Disamping itu, orang tua selaku pendidik harus memiliki keimanan yang mantap dan kokoh terlebih dahulu. 5. Adapun metode yang biasa digunakan dalam pendidikan keimanan itu adalah metode nasehat, dialog, atau tanya jawab, serta metode perenungan observasi, membaca tanda-tanda kekuasaan Allah. Tetapi jadilah kalian orang-orang yang mengesakan-Nya, mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam beribadah, dan tiada yang kalian kehendaki dalam ibadah itu selain hanya karena-Nya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ishaq, dari Zaid ibnu Abu Maryam yang mengatakan bahwa Umar bersua dengan Mu'az ibnu Jabal, lalu Umar bertanya, "Apakah yang menjaga keutuhan tegaknya umat ini?" Mu'az menjawab, "Ada tiga perkara yang semuanya dapat menyelamatkan mereka, yaitu tetap pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu; salat yang merupakan agama; dan taat yang merupakan pemelihara diri dari perbuatan yang diharamkan." Maka Umar berkata, "Engkau benar." Kesimpulan 1. Pendapat sebagian ulama mengatakan bahwa hakikat iman itu tidak hanya tashdiq dengan hati saja, tapi berstruktur murakkab, yaitu tersusun dari tashdiq dengan hati dan iqrar dengan lisan. Kemudian a’mal dengan arkan anggota tubuh. Pendapat ini berkonsekuensi tidak beriman seseorang secara zahir dan batin bila ia hanya membenarkan dengan hati, tetapi tidak diikrarkan dengan lidahnya, padahal ia kuasa melaksanakannya. Akibatnya dia akan menjadi penghuni neraka karena belum dianggap mengaplikasikannya dengan perbuatan. 2. Sedangkan iman secara istilah adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota badan. 3. Uraian mengenai keimanan kepada Allah SWT dan pendidikan keimanan sebagaimana dapat dipahami dari kandungan ayat-ayat diatas memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan Islam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut a. Keimanan kepada Allah SWT dengan segala uraian yang berkaitan dengannya, selain menjadi materi utama pendidikan Islam, juga dapat menjadi dasar bagi perumusan tujuan pendidikan, dasar penyusunan kurikulum dan aspek-aspek pendidikan lainnya. b. Keimanan kepada Allah SWT berfungsi mendorong upaya peningkatan dibidang pengembangan ilmu pengetahuan. c. Orang yang bertanggung jawab dalam menanamkan keimanan ini dalam diri anak adalah orang tua. 4. Adapun metode yang biasa digunakan dalam pendidikan keimanan itu adalah metode 114 Jurnal Ulunnuha Vol. 8 2019 nasehat, dialog, atau Tanya jawab, serta metode perenungan observasi, membaca tanda-tanda kekuasaan Allah. Daftar Kepustakaan Al-Qur’an al-Karim Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Mesir Mustafa Bab al-Halabi, Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta Crsd Press, 2005, Cet. I Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta Pustaka Panji Mas,1999 Madjid, Nurcholis, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta, Paramadina, 1995 Quthb, Said., Fi Zhilal Al-Qur’an, Kairo Dar al-Syuruq, 1981, Jilid 5 Al-Razi, Tafsir al-Kabir, juz 25, Abdullah al-Ghamidi, Cara Mengajar Anak/Murid Ala Lukman al-Hakim terj, Yogyakarta Sabil, 2011 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002 Satiadarma, Monti P. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak Dampak Pigmalion dalam Keluarga, Jakarta Pustaka Populer Obor, 200 Tafsir, Ahmad., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. IX, h. 6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 2007, Cet. III ... All are examples from which servants can learn lessons and gain wisdom Firdaus et al., 2021. In addition, this method is a basic guideline for parents in educating their children, specifically regarding matters of faith, such as aqidah, worship, and morals Rusydi, 2019. Oleh sebab itu, dalam keluarga Tablighi Jama'ah sendiri menceritakan kisah-kisah islami kepada anak adalah bentuk pendidikan agama untuk anak. ...Soni KaputraAhmad RivauziAzhar JaafarNur Asikin KakohThis study aims to explore the educational model of tawhid for children in the Tablighi Jama’ah family. The study used a qualitative method with an ethnographic approach. Research data is taken through direct interviews with ten informants heads of the Jamaáh Tabligh family, to strengthen the interview data the authors conducted observations for two years by being directly involved in the activities of the Tablighi Jama’ah such as Ijtima', Bayan Markas, Ta'lim Halaqah, Khuruj, Jaulah, and the author keeps in touch directly to all informants' homes. All interview and observation data were then analyzed thematically using NVivo 12 software. Overall, the results of the analysis showed that there were fifteen educational model of tawhid for children in the Tablighi Jamaat family. The fifteen models are i organizing routine ta'lim, ii creating a religious atmosphere at home, iii starting activities with tawhid sentence, iv providing early-agetawhid education, v involving children on da'wah activities, vi educating with muzakarah, vii teaching Islamic etiquette, viii teaching prayers, ix persuading children to pray in the mosque, x be an example in practicing religion, xi Islamic story-telling xii practising Monday and Thursdayfasting, xiii ecnouraging children to khidmat, xiv playing Islamic songs, xv monitoring children's worship. The results of this study can be used as initial data for future researchers in examining different issues related to this problem as well as various other issues relevant to this context.... Berdasarkan pemaparan diatas, dukungan orang tua dalam Islam adalah dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam kepada anak. Allah SWT memerintahkan setiap orang tua muslim agar menanamkan keimananan yang sesuai dengan ajaran agama Islam Rusydi, 2019. Orang tua memiliki kewajiban agar mendidik, dan membimbing anak-anaknya dalam pendidikan tauhid Najib, 2019. ...The virtue of people who study, including college students, in Islam is so great that the fishes in the ocean beg for forgiveness for them. However, the many academic demands faced by students can make them experience stress, anxiety and depression, so they need to be academically resilient. Parents are responsible people and will be held accountable by Allah SWT in educating their children. Parents play an important role in building children’s academic resilience as well. This study aimed to determine how parental support and academic resilience according to Islamic view. The method used in this research is a literature review by analyzing the verses of the Qur'an, hadith and relevant references. The results showed that parental support is essential in making students survive amid academic difficulties they face by providing examples, guidance, advice and Islamic education to their children. Keutamaan penuntut ilmu, termasuk mahasiswa sangat besar di dalam Islam sehingga ikan-ikan di lautan memintakan ampun baginya, tidak terkecuali mahasiswa. Namun banyaknya tuntutan akademik yang dihadapi mahasiswa, berpotensi membuat mereka mengalami stress, kecemasan hingga depresi sehingga memerlukan resiliensi akademik. Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dan akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah SWT dalam mendidik anaknya. Orang tua juga memainkan peranan penting dalam membentuk resiliensi akademik anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dukungan orang tua dan resiliensi akademik menurut perspektif Islam. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan studi pustaka dengan menganalisis dari ayat-ayat Al-Qur’an, hadits dan referensi yang relevan. Hasil yang didapatkan bahwa kehadiran dukungan orang tua sangat penting dalam membuat mahasiswa tetap bertahan di tengah kesulitan akademik yang dihadapinya dengan cara memberikan contoh teladan, bimbingan, nasehat dan pendidikan Islam kepada has not been able to resolve any references for this publication.
Keempat Mendidik anak untuk cinta Rasulullah, cinta keluarga, dan cinta Alquran. Dan semua unsur ini ada dalam kisah Nabi Yakub 'Alaihissalam. (Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, 1981). Nabi Yakub memiliki 12 anak dan di antara 12 anak tersebut yang paling dimuliakan Allah dan menjadi Nabi adalah Nabi Yusuf.
Jakarta - Salah satu kisah teladan yang disebutkan dalam beberapa riwayat adalah kisah Luqman Al Hakim Luqmanul Hakim. Luqman al Hakim adalah orang biasa. Namun, namanya diabadikan dalam Al Quran surat Al Hakim merupakan orang saleh yang dipilih oleh Allah SWT. Sebagaimana termaktub dalam QS. Luqman ayat 12 sebagai berikutوَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَٰنَ ٱلْحِكْمَةَ أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ Artinya "Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." QS. Luqman 12.Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Luqman Al Hakim bukanlah orang yang lahir dari kalangan nabi. Ia adalah orang biasa. Akan tetapi, namanya diabadikan menjadi satu surat dalam Al Quran."Luqman ini menarik ya karena dia adalah orang biasa. Bukan nabi bukan siapa-siapa," kata Prof Nasaruddin dalam detikKultum detikcom, bulan Ramadhan riwayat Ibn Abbas, Luqman Al Hakim adalah seorang pencari kayu bakar di Habsy. Ia tidak terlahir dari kalangan nabi, ulama, maupun kaum terpandang lain. Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Luqman Al Hakim hidup di zaman Nabi Daud Musthafa Abdul Halim dalam bukunya Kisah Bapak dan Anak dalam Al Quran menjelaskan, ada pendapat yang mengatakan bahwa Luqman adalah pengembala domba, tukang kayu, penjahit, dan ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah seorang budak milik Bani al-Hashaas adalah salah satu Kabilah Arab. Adapun, yang termasuk di antara budak mereka adalah Suahim yang terkenal pandai menciptakan syair. Ia terbunuh pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan satu kisah Luqman Al Hakim yang menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Seperti diceritakan oleh Nasaruddin, pada suatu ketika Luqman dan putranya hendak pergi ke pasar dengan menaiki seekor lewatlah keduanya di suatu kumpulan masyarakat. Mereka berkata, "Masya Allah bapak, apa kamu nggak kasihan, masak keledai kecilnya begitu dinaiki dua orang. Nggak ada perikebinatangannya," kata anaknya disuruh turun. Lalu, bertemu lagi dengan kumpulan masyarakat yang berbeda. Mereka berkata,"Ya Allah orang tua itu nggak tahu malu, tega-teganya masak dia naik keledai anaknya nuntun," Akhirnya Luqman pun turun dan gantian anaknya yang di suatu kumpulan masyarakat, keduanya mendapat cercaan lagi. "Masak anaknya yang muda dan kuat itu naik keledai sementara dia nuntun. Padahal sudah tua," Akhirnya keduanya memutuskan untuk turun dan menuntun keledai. Dan sama seperti sebelumnya, saat bertemu kumpulan masyarakat mereka mengatakan Luqman dan putranya adalah orang yang bodoh karena tidak mengerti fungsi al Hakim lalu memahami betapa kayanya Allah SWT dalam menciptakan manusia lengkap dengan pola yang dapat dipetik dari kisah tersebut adalah kebijaksanaan Luqman al Hakim dalam menentukan pilihan. Kisah tersebut memberikan gambaran bahwa setiap masyarakat memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai suatu kisah tersebut, masih banyak kisah lain dari Luqman Al Hakim dan putranya yang menjadi contoh dalam mengambil keputusan. Luqman juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada juga 'Bertemu Sekjen IIFA, PBNU Bahas Soal Fatwa-Islam Moderat'[GambasVideo 20detik] nwy/nwy
Αտиглሲхап еጶΑ ዢλезвխ
Хя глГըцеሑի устуζ
Е ሷጹոኑօму луςεգюկԸյխ οз
Сряպωታխкти ճևгሑезեдሞцυ хуսዷчιкፖв
merupakankandungan Al-Qur'an Surat Luqman ayat 13-19 yang berisi tentang kisah Luqman. Dalam kisah tersebut terdapat nilai-nilai bimbingan yang dapat diambil sebagi pelajaran yang masih sangat relevan dan dapat dijadikan rujukan untuk diaplikasikan dalam peroses bimbingan, khususnya bimbingan orang tua kepada anaknya. Dari uraian tersebut BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAT LUKMAN AYAT 12-19 Diantara sekian banyak kisah dalam al-Qur’an adalah kisah seorang tokoh bijak yang sedang memberikan nasihat kepada anaknya. Dialah luqman yang diabadikan menjadi salah satu nama surah. Secara umum kisah tersebut merupakan peringatan kepada kita akan satu kenyataan bahwa pendidikan anak merupakan tanggungjawab orang Nasihat Luqman menjadi pengajaran dan petunjuk kepada semua manusia. Permulaan pendidikan berkaitan dengan syirik, diikuti dengan perintah berbuat baik kepada kedua ibu bapa, waspada dengan pandangan Allah SWT. terhadap semua perkara sama baik kecil atau besar, mendirikan shalat, amar makruf dan nahyi mungkar, rendah diri dan menjauhi perkara-perkara dosa, adab berjalan dan menjaga suara. Secara keseluruhan nasihat Luqman merangkum kesempurnaan beragama, kepercayaan kepada hari akhirat dan keutamaan akhlak mulia. Penjelasan ayat di dalam surah Luqman menunjukan Allah SWT. juga menyeru supaya setiap orang tua mencontoh Luqman yang memiliki kesempurnaan peribadi dan pendidikan Islam. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam surah Luqman daapt dikategaorisasikan sebagai berikut pertama, aspek akidah yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah. Ketika disebut iman kepada Allah maka hal itu sudah tercakup iman kepada malikat, kitab-kitab-Nya, para nabi, hari kiamat, qadha dan qadar. Aspek ini termaktub dalam ayat 12, 13, 16. Kedua, aspek syari’ah yakni satu system norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi dua pertama, ibadah seperti shalat, thaharah, zakat, puasa, haji. Kedua, mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusdia dengan manusia dan hubungan manusdia dengan harta benda. Aspek Syariah ini termaktub dalam ayat 14, 15, dan 17. Ketiga, aspek akhlak secra etimologis akhlak adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan pencipta. Akhlak ini mencakup akhlak manusia terhadap khaliknya, manusia terhadap makhluk. Aspek ini termaktub dalam ayat 14, 15, 18, dan 19. Baik ibadah, mu’amalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah. Ketiganya berhubungan secara korelatif dan tidak bisa dipisah-pisahkan. A. Nilai Pendidikan Ibadah Ibadah merupakan salah satu bentuk amalan yang wajib dilaksanakan kepada Allah oleh seorang hamba. Amalan ini dibebankan karena seorang hamba telah mengakui bah diri merupakan makhluk Allah yang senantiasa melaksanakan pengabdiannya kepada sang Khalik. Karena hal itulah, maka Allah berhak menerima pengabdian hamba-Nya dalam bentuk amal ibadah. Oleh karena itu, pendidikan ibadah mesti diterima oleh seseorang hamba, karena pendidikan merupakan salah syarat untuk melaksanakan ibadah. Di sisi lain, pendidikan ibadah kepada hamba baik berupa ibadah shalat sebagai sarana untuk mencegah dari kejahatan. Demikian juga diwajibkan melaksanakan ibadah untuk memberikan ketengangan kepada diri seorang hamba, karena dengan melaksanakan amal ibadah akan tercapai ketengangan dalam menjalani kehidupan ini. Sebenarnya kewajiban melaksanakan ibadah ini sudah ada sejak masa sebelum Islam berkembang, dan hal ini pernah diterangkan secara tegas, karena pada masa itu manusia masih labil dalam menganut ajaran syari’atnya masing-masing, sehingga perintah untuk melaksanakan ibadah masih sangat lemah untuk dilaksanakan.[1] Dalam memberikan pendidikan ibadah kepada seorang anak manusia tidak pernah terjadi perbedaan, karena pendidikan ini selalu berpedoman secara langsung kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Apalagi para ulama fiqih berpedoman pada ayat dan hadits yang sama, sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan dalam menentukan bagaimana cara melaksanakan amal ibadah kepada Allah. Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang dibaktikan untuk mendapatkan keridaan Allah semata. Karena itu, kalu kita benar-benar mengharapkan ibadah shalat dan puasa kita diterima oleh Allah, maka kita harus menjalankan ibadah ini sesuai dengan pedoman dan tuntunan yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan Hadist, tanpa menambah dan mengurangi sama sekali.[2] Allah berfirman dalam surah Al-Isra’ ayat 78 أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوداً الإسراء ٧٨ Artinya Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat.Qs. Al-Isra 78 Al-Qur’an terus menceritakan tentang nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Beliau menasihatkan anaknya agar memantapkan akidah yang telah berada dalam jiwa melalui amalan tawajjuh kepada Allah SWT. Dengan ibadat shalat. Ibadat shalat merupakan amalan paling mulia yang dilakukan semata-mata untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Firman Allah SWT يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ لقمان ١٧ Artinya Wahai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.Qs. Lukman17 Shalat adalah salah satu rukun Islam yang wajib ditegakkan setiap hari lima waktu selama masih hidup, dengan sempurna yaitu memenuhi syarat dan rukunnya. B. Nilai Pendidikan Aqidah Agama Islam mengandung sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktifitas pemeluknya yang disebut aqidah. Aqidah Islam berisikan ajaran tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini dan diimani oleh setiap orang Islam. Karena Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Tuhan, maka aqidah merupakan sistem kepercayaan yang mengikat manusia kepada Islam.[3] Allah SWT. Menyebutkan kisah Luqman dengan sebutan baik, bahwa Dia telah menganugerahinya hikmah; dan Luqman menasihati anaknya yang merupakan buah hatinya, maka wajarlah bila ia memberikan pengetahuannya. Karena itulah hal pertama yang dia pesankan adalah jangan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun sebagaimana firman Allah SWT وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ لقمان ١٣ Artinya Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Qs. Lukman13 Menurut Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zilalil Qur’an disebutkan bahwa Ini adalah satu nasihat yang jujur karena tiada lain tujuan seorang bapak melainkan supaya anaknya mendapat kebaikan dan tidak ada sikap yang wajar bagi seorang bapak terhadap anaknya melainkan memberi nasihat. Di sini Luqmanul-Hakim melarang anaknya dan mempersekutukan Allah dengan alasan bahawa perbuatan syirik adalah suatu yang amat besar[4]. Beliau menekankan hakikat ini dua kali. Yang pertama dengan mengemukakan larangan dan menjelaskan alasannya dan yang kedua dengan menggunakan kata-kata penguat yaitu “inna” dan “lam” pada “lazulmun”. lnilah hakikat yang dikemukakan Nabi Muhammad SAW. kepada kaumnya lalu mereka mempertikaikannya dan mengatakan penceritaan ini sebagai ada udang dibalik batu. Mereka takut cerita ini bertujuan untuk mencabut kekuasaan mereka dan menunjukkan kelebihan atas mereka. Apakah yang ada pada nasihat Luqmanul-Hakim yang dikemukakan kepada anaknya? Tidakkah nasihat seorang bapak kepada anaknya itu bersih dari segala keraguan dan jauh dari segala prasangka yang buruk? Sebenarnya itulah hakikat yang amat tua yang disebut oleh setiap orang yang dikaruniakan Allah pengetahuan hikmat yang bertujuan semata-mata untuk kebaikan bukannya tujuan yang lain darinya. lnilah penerangan psikologi yang dimaksudkan disini[5]. Persoalan akidah diungkapkan melalui larangan Luqman al-Hakim kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah SWT. Syirik ialah sebuah pernyataan atau ungkapan yang meletakkan kedudukan Allah SWT setaraf dengan makhluk sama ada pada zat, sifat, mengingkari kewujudan Allah SWT. atau menyifatkan Allah SWT. dengan sesuatu sifat kekurangan. Syirik yang dimaksudkan dalam surah Luqman ini merujuk kepada syirik uluhiyyah kerana alasan nasihat Luqman al-Hakim menegaskan perbuatan syirik seperti melakukan kezaliman kepada Allah SWT. Firman Allah ayat 13 .......إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ لقمان ١٣ Artinya …Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.Qs. Lukman 13 Pengertian dzalim ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya manakala adil pula meletakkan sesuatu pada tempatnya. Seseorang yang menyamakan antara pencipta dengan makhluk atau menyamakan Allah SWT. Dengan berhala dikatakan sebagai orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Oleh karena itu, orang yang syirik dikatakan telah melakukan satu kezaliman dan dosa yang besar kepada Allah. Al-Khudari menjelaskan sebagaiman yang dikutip oleh sa’ad Abdul Wahid bahwa perbuatan syirik inilah yang pertama kali diberantas oleh Rasulullah SAW. Maka ketika beliau berhasil merebut kembali kota Makkah, yang pertama kali diperintahkan adalah merobohkan dan menghancurkan semua berhala dan segala macam patungyang menjadi sesembahan kaum musyrikin, yang ditempatkan disekitar Ka’bah. Ketika itu Rasulullah SAW bersabda ”Datanglah kebenaran dan hancurlah kebathilan”, sebab sebenarnya syirik itulah kebatilan yang mengotori aqidah.[6] Persoalan akidah tentang kepercayaan kepada hari akhirat dijelaskan dengan lebih mendalam oleh Luqman al-Hakim dalam ayat 16. Nasihat ini disampaikan melalui kaedah yang sangat bijak. Beliau telah mengaitkan persoalan tersebut dengan kehalusan dan kesyumulan ilmu Allah SWT. serta kekuasaanNya. Firman Allah SWT., يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ لقمان ١٦ Artinya Wahai anakku! Sesungguhnya jika sesuatu itu hanya seberat biji sawi sekalipun ia tersembunyi dalam batu atau berada di langit atau di bumi niscaya Allah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Halus dan Maha Mengetahui. Qs. Lukman16 Menurut Sa’ad Abdul Wahid , khardal adalah nama suatu tumbuh-tumbuhan yang buahnya atau bijinya sangat kecil dan hitam, tumbuh-tumbuhan tersebut biasanya hidup di lading-ladang dan di pinggir jalan dan dapat dijadikan sebagai harum-haruman dan dapat juga dijadikan sebagai bumbu masak.[7] Inilah nasihat yang sangat besar manfaatnya, dikisahkan oleh Allah SWT. Dari apa yang diwasiatkan oleh Luqman, agar manusia mencontohnya dan mengikuti jejaknya, sebagaimana yang terkandung dalam ayat diatas, yakni sesungguhnya perbuatan aniaya atau dosa sekecil apapun, misalnya sebesar biji sawi. Nasihat Luqman al-Hakim dalam ayat di atas dapat membangkitkan daya imaginasi anaknya tentang tempat tersembunyi sesuatu rahasia yang amat dalam dan luas. Di samping itu nasihat beliau juga dapat menyedari hati anak bahawa ilmu Allah SWT. tetap menjejaki segala kebaikan dan keburukan walau sebesar biji sawi. Seterusnya akan tertanam hakikat persoalan hari akhirat ke dalam hati anaknya di sebalik nasihat beliau. Hal ini bersesuaian dengan ajaran al-Quran yang mahu menanam konsep kepercayaan kepada hari akhirat ke dalam hati setiap manusia dengan kaedah penerangan yang menarik. Setiap perbuatan manusia semasa hidup di dunia akan kembali kepada individu yang melakukan perbuatan tersebut. Luqman al-Hakim mendidik anak-anaknya dengan kepercayaan kepada pembalasan Tuhan. Beliau menegaskan setiap perbuatan akan dibalas Allah SWT. sekalipun lebih kecil daripada biji sawi. Justru Luqman al-Hakim berpesan kepada anak-anak supaya sering menziarahi jenazah karena dapat mengingatkan tentang pembalasan Tuhan. Beliau berkata Sekiranya kamu berada di dua persimpangan iaitu sama ada menziarahi kematian atau memenuhi jemputan kenduri kahwin. Maka hendaklah kamu menziarahi jenazah karena mengingatkan kamu kepada kematian, sebaliknya menghadiri majlis kenduri kahwin bisa melupakan kamu dari mengingat Tuhan. Pada ayat ini Allah memberikan penjelasan tentang akhlak, dengan mengungkapkan riwayat pendidikan Luqman terhadap anaknya. Luqman menjelaskan kepada anaknya bahwa amal saleh sekecil apapun, yang tidak terlihat dan tidak terdengar oleh siapapun Allah tetap melihatnya dan akan memberikan balasannya, sebab Allah maha mengetahui dan maha adil. Karena itu jika mengerjakan sesuatu kebajikan janganlah mengharapkan penghargaan dari manusia, melainkan hendaklah berniat hanya mengharapkan keridhaan dari Allah semata. Allah yang maha kuasalah yang menilai dan memperhitungkan amal setiap orang, dan hanya Dialah yang memberi penghargaan dan pahala amal saleh yang dikerjakan oleh siapa pun asalkan dikerjakan dengan ikhlas. Nasihat Luqman tersebut memiliki makna yang sangat mendalam untuk memperkuat taqwa, iman dan tawakal kepada Allah. Perlu disadari bahwa tidak semua pekerjaan mendapat penghargaan dari manusia, bahkan kadang-kadang tidak diakuinya. Maka dengan hanya mengharapkan keridaan dari Allah, seseorang akan mendapatkan ketenangan, dan hatinya akan terobati dengan mengharapkan pahala dari Allah di akhirat nanti.[8] C. Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Islam Ajaran akhlak merupakan sentral kehidupan manusia, karena itu akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut pertama, perbuatan akhlak adalah perbutan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian seseorang. Kedua, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa ada pikiran kotor. Ketiga, akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata.[9] Dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 14-15 Allah SWT. Menjelaskan tentang akhlak sebagai berikut وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ, وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ لقمان ١٤-١٥ Artinya Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Luqman 14-15. Dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an dijelaskan bahwa perintah kepada anak-anak supaya berbuat baik kepada ibu bapak berulang-ulang kali disebut di dalam al-Qur’anul-Karim dan di dalam perintah-perintah Rasulullah SAW., tetapi perintah kepada ibu bapa supaya berbuat baik kepada anak-anak hanya disebut sedikit saja dan kebanyakannya mengenai peristiwa mengubur anak hidup-hidup, yaitu satu peristiwa tertentu yang berlaku di dalam suasana-suasana tertentu. Ini disebabkan kerana fitrah saja sudah cukup untuk mendorong ibu bapak mengambil berat terhadap keselamatan anak-anaknya. Fitrah memang didorong ke arah melindungi generasi baru untuk menjamin kesinambungan hidup sebagaimana yang dikehendaki Allah. Ibu bapak akan mengorbankan tubuh badan mereka, otak mereka, umur mereka dan segala sesuatu yang mahal yang dimiliki mereka demi kepentingan anak-anak mereka. Mereka membuat pengorbanan-pengorbanan itu tanpa marah atau mengadu, malah tanpa kesadaran mereka, malah mereka berkorban dengan cermat dan senang hati seolah-olah merekalah yang menerima. Pendeknya fitrah sudah cukup untuk mendorong ibu bapak menjaga anak-anaknya tanpa perintah, tetapi kepada si anak pula ia perlu diperintah berulang-ulang kali supaya memberi perhatian kepada generasi ibu bapak yang berkorban setelah mencurahkan usia dan jiwa mereka kepada generasi baru yang menghadapi masa depan kehidupannya. Si anak tidak dapat menggantikan separuh pengorbanan yang telah dilakukan orang tuanya walaupun dia memberi seluruh umurnya untuk mereka. Gambaran menarik di dalam ayat “dia telah dikandung ibunya yang mengalami kelemahan demi kelemahan dan menyapihnya dalam dua tahun” adalah menggambarkan bayangan dan pengorbanan mereka yang luhur itu. Si ibu sudah tentu menanggung pengorbanan yang lebih besar dan dia melakukan pengorbanan itu dengan perasaan kasih mesra yang lebih hebat, lebih mendalam, lebih lembut dan halus.[10] Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban anak-anak yang beragama Islam menunaikan kewajiban kepada ibu bapa yang kafir seperti menghormati, bergaul mesra, menjalinkan silatulrahim dan menafkahkan rezeki kepada mereka. Firman Allah SWT. .....وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً.. لقمان ١٥ Artinya .....dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ... Luqman 15. Pergaulilah di dalam ayat di atas ialah berbuat baik dan mengekalkan silatul rahim.[11] Luqman al-Hakim juga melaksanakan perintah Allah SWT dalam pendidikan anak-anaknya berdasarkan kepada ayat ini seperti yang dijelaskan oleh Imam al-Qushairi. Menurut beliau anak dan isteri Luqman al-Hakim adalah kafir. Oleh itu, Luqman al-Hakim tidak pernah berputus asa malah senantiasa mendidik dan menasihati kedua-duanya sehingga kembali kepada Islam. Setelah anak dan isteri beliau kembali kepada Islam, Luqman al-Hakim tetap mengawasi mereka agar kekal di dalam Islam. Setiap orang Islam yang beriman diperintah supaya bergaul secara baik dengan ibu bapak yang bukan Islam seperti bertentangan prinsip dan bersikap terbuka di dalam pergaulan tetapi tidak mentaati atau melakukan perkara-perkara syirik kepada Allah SWT. Kesalahan syirik merupakan dosa yang paling besar dan tidak diampunkan Allah SWT. Hak-hak kedua ibu bapak mesti ditunaikan sekalipun berlainan agama. Asma' Abu Bakar as-Siddiq berkata Ibuku datang ke rumah, sedangkan ia seorang musyrik. Lalu aku menemui Rasulullah SAW. untuk bertanyakan tentang hal ibu aku. Aku berkata Ya, Rasulullah ibuku yang kafir datang mengharapkan bakti kewajibanku sebagai puterinya. Apakah aku boleh menerima dan berhubung baik dengan beliau? Rasulullah SAW. bersabda Ya, peliharalah hubungan baiknya. Tanggungjawab anak terhadap ibu bapak yang kafir tidak boleh diabaikan. Anak-anak wajib memberi perbelanjaan berbentuk harta kepada orang tua jika mereka miskin, lemah lembut di dalam percakapan dan berdoa agar mereka menerima Islam. Anak-anak perlu memikir dan mengenangkan jasa dan pengorbanan mereka sebagai orang tua. Allah SWT. juga tidak menghalang manusia berbuat baik kepada orang kafir yang menghormati dan mencintai kehidupan yang harmonis. D. Nilai Pendidikan Muamalah Pelaksanaan amal ibadah juga sesuai dengan kemampuan seorang hamba, karena seseorang tidak mungkin dibebankan sesuatu diluar kemampuannya. Namun demikian penekanannya adalah kebaikan. Pada dasarnya, syari’ah merumuskan tentang permasalahan yang menyangkut dengan aqidah, ibadah dan akhlak seorang hamba kepada Tuhannya,. demikian juga mencoba meramu konteks aqidah, ibadah dan akhlak ini dalam bentuk nilai-nilai aplikatif. Konsep iman yang dibicarakan dalam bacaan pada umumnya mengacu pada masalah berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut Mahmud Syaltut, yang dimaksud dengan keimanan “mengamalkan apa-apa yang telah diamalkan oleh Nabi saw dan para sahabatnya; disebut “taqwa” karena mereka teguh mengikuti sunnah Nabi saw; disebut muslimin, karena mereka berpegang di atas al-haq kebenaran, tidak berselisih dalam agama, mereka terkumpul pada para imam al-haq, dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama”. Pada fitrahnya memang setiap individu itu telah diberikan hidayah kebaikan berupa ketauhidan dan keimanan oleh Allah SWT. Akan tetapi iman dan tauhid itu dapat saja berubah ke arah kelunturan apabila tidak disiram dan dipupuk dengan bimbingan ke jalan menuju ke arah keimanan dan Islam.[12] Setelah berhasil membentuk pribadi yang baik dengan shalat maka hendaknya berupaya melakukan amar ma’ruf nahyi munkar, mengajak manusia berbuat kebajikan, misalnya, menegakkan keadilan, gotong royong mendirikan tempat ibadah, tempat pendidikan dan sebagainya, sesudah itu berusaha memberantas kemunkaran, misalnya perjudian, perzinaan, pencurian, penjarahan, dan sebagainya. Upaya untuk perjuangan tersebut tidaklah mudah, sebab akan menghadapi berbagai macam tantangan, bahkan perlawanan dari orang-orang yang tidak senang kepada perjuangan Islam. Untuk itulah diperlukan kesabaran yang luar biasa. Pendidikan Luqman al-Hakim seterusnya menitik beratkan tanggung jawab seorang muslim kepada diri sendiri dan masyarakat yaitu amr ma’ruf dan nahyi mungkar seperti yang dinyatakan dalam ayat 17, surah Luqman. ... وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ .. لقمان ١٧ Artinya ...Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka daripada perbuatan yang mungkar”.Qs. Lukman17 Amar makruf dan nahyi mungkar merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan, yang mampu menentukan kualitas terbaik seseorang muslim seperti firman Allah SWT. ayat 110, surah Ali Imran, كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ آل عمران ١١٠ Artinya Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah daripada mungkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka. Antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.Qs, ali-Imran110 Imam al-Syairazi mengartikan pengertian amar makruf dan nahyi mungkar dengan maksud menyuruh kepada kebaikan dan mencegah perkara maksiat dan perbuatan yang buruk serta memperbaiki kehidupan masyarakat.[13] Menurut Imam Syeikh Ismail Haqqi al-Barusawi, amar makruf ialah mengajak manusia melakukan kebaikan, iaitu perkara yang boleh mendekatkan manusia dengan Allah SWT., manakala nahyi mungkar pula ialah mencegah manusia dari melakukan perkara-perkara keji, yang bisa melupakan manusia dari mengingat Allah SWT. Setelah Luqman al-Hakim mendidik anaknya dengan perintah solat untuk kesempurnaan pribadi maka seterusnya beliau menyuruh anaknya melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar untuk menyempurnakan orang lain. Orang yang sentiasa mengajak orang lain kepada kebaikan seolah-olah dirinya sendiri yang melakukan kebaikan. Nahyi mungkar pula perlu dilakukanbukan hanya dengan tangan, lidah atau hati. Luqman al-Hakim menyediakan keperibadian seorang pemimpin kepada anaknya untuk berhadapan dengan masyarakat. Hal ini terungkap di dalam kisah pendidikan beliau. Luqman ditanya anaknya Siapakah sejahat-jahat manusia? Beliau berkata Orang yang tidak memperdulikan manusia sekeliling mengatakan bahawa ia seorang yang jahat. Orang yang tidak memperdulikan nasihat, kritikan dan pandangan orang lain terhadap dirinya malah tetap kekal dengan perkara mungkar, maka orang tersebut merupakan orang yang sangat jahat pada pandangan Luqman al-Hakim. Selain daripada itu, Amar ma’ruf dan nahyi mungkar juga mempunyai maksud mengawali setiap aktivitas umat Islam dalam setiap aspek kehidupan, yaitu memastikan umat Islam melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran berdasarkan garis paduan yang telah ditetapkan agama. Luqman al-Hakim telah mendidik anaknya untuk melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dengan sempurna setelah melaksanakan tanggungjawab terhadap Allah yaitu shalat.[14] Luqman al-Hakim memberi pendidikan tentang sabar kepada anaknya setelah beliau selesai melaksanakan perintah pendidikan shalat dan melaksanakan amar makruf dan nahyi mungkar. Sabar di atas segala kesusahan, kepayahan dan perkara-perkara yang berkaitan degan ketuhanan. Perlaksanaan amar makruf dan nahyi mungkar pada kebiasaannya akan berhadapan dengan pelbagai kesusahan dan sangat menyakitkan hati. Oleh itu seseorang itu sangat dituntut supaya bersabar Firman Allah SWT. ayat 17, surah Luqman ...وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ لقمان ١٧ Artinya .... dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.Qs. Lukman17 As-Sabru menurut Sa’ad Abdul Wahid adalah kemampuan menahan diri dari segala macam larangan Allah SWT dan kemamapuan menghadapi segala macam cobaan, baik cobaan jasmani maupun rohani. Sabar itu pengaruhnya sangat besar sehingga melahirkan kekuatan jiwa yang luar biasa.[15] Maksud sabar di dalam ayat di atas ialah bersabar ke atas segala kesusahan karena hidup di dunia penuh dengan kepedihan dan kepayahan. Manakala kerehatan itu hanya ada di dalam syurga saja. Sifat sabar yang dianjurkan oleh Luqman al-Hakim termasuk sabar ketika diuji Allah SWT. dengan ketakutan terhadap musuh, kelaparan karena ketiadaan makanan, kehilangan harta benda dan nyawa seperti kemusnahan ladang pertanian dan kematian ahli keluarga. Hanya orang yang sabar sahaja akan mendapat rahmat daripada tuhannya. Sabar hanya dapat diperoleh dari pendidikan ilmu dan makrifat. Hasil sifat sabar akan dapat membentuk tatasusila yang tinggi dan akhlak yang teguh. Sabar merupakan sifat orang beriman. Justru orang yang sabar ialah mereka yang bersabar ketika kesusahan dan bersyukur di atas perkara-perkara kenikmatan. Sesungguhnya sabar dalam bala sangat sukar kepada setiap orang. Ayat seterusnya menegaskan tentang perintah mendirikan solat, perlaksanaan amar makruf dan nahyi mungkar dan kepentingan konsep sabar termasuk dalam kategori akhlak yang mulia. Luqman al-Hakim memulakan pendidikan dengan wasiat mendirikan shalat dan diakhiri dengan perintah supaya sabar karena tiang pertolongan daripada keredaan Allah SWT. ialah sabar, Wahbah al-Zuhaili pula berpendapat nasihat Luqman al-Hakim dimulai dengan shalat karena shalat merupakan tiang agama dan diakhiri dengan konsep sabar kerana sabar adalah asas yang tetap untuk melaksanakan segala ketaatan dan tiang keredaan Allah SWT. Luqman al-Hakim memberi alasan dan peringatan kepada anaknya agar berhati-hati dengan sifat sombong karena sikap tersebut akan mengundang kemurkaan Allah SWT., firman Allah SWT. ayat 18, surat Luqman إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ لقمان ١٨ Artinya ...Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.Qs. Lukman18 Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an beliau menjelaskan bahwa berda’wah kepada Allah tidak mengharuskan seseorang bersifat takbur terhadap manusia atau bersikap angkuh atas nama memimpin manusia ke arah kebaikan dan lebih-lebih lagi sikap angkuh tanpa berda’wah kepada kebaikan. Ini adalah lebih buruk dan lebih keji lagi Kata-kata “as-Sa’r” bererti sejenis penyakit unta yang membuat lehernya menjadi teleng. Uslub al-Quran telah memilih kata-kata ini untuk meliarkan manusia dari teleng angkuh yang serupa dengan teleng penyakit unta, yaitu tingkah laku sombong dan tidak menghiraukan manusia, gaya memalingkan muka menunjukkan kesombongan. Berjalan di bumi dengan lagak yang sombong ialah berjalan dengan gaya takabur dan tidak mempedulikan manusia, yaitu satu lagak yang dibenci Allah dan juga oleh manusia. Gerak-gerik dan lagak yang seperti ini adalah membayangkan seseorang itu ditimpa penyakit takabur “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”[16] Perkataan Mukhtal disifatkan kepada orang yang berjalan dengan gaya sombong dan takabur termasuklah gaya berjalan yang melenggang-lenggok karena kegembiraan mendapat nikmat yang banyak. Sedangkan fakhur berarti orang yang selalu memuji-muji diri sendiri dan menghina orang lain yang tidak sama seperti dirinya.[17] Dalam al-Qur’an kata “mukhtal” sombong dan “fakhur” membanggakan diri selalu disebutkan dalam satu susunan, misalnya pada surat an-Nisa 36 disebutkan وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً النساء ٣٦ Artinya Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,Qs. An-Nisa36 Allah tidak mencintai orang yang sombong karena orang yang sombong merasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan orang lain, merasa lebih pandai, merasa lebih kaya, merasa lebih kuat dan sebagainya. Sehingga memandang orang lain lebih rendah, maka apabila melakukan kesalahan amat sulit diluruskan, dan tidak mau menerima nasihat. Luqman telah melarang anaknya bersikap sombong dan angkuh melalui nasihat yang sangat sopan, ayat 18, surat Luqman وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ لقمان ١٨ Artinya Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Qs. Lukman 18 Ibnu Kasir mengatakan bahwa janganlah kamu memalingkan mukamu saat berbicara dengan orang lain, atau saat mereka berbicara kepadamu, kamu lakukan itu dengan maksud menganggap remeh dan bersikap sombong kepada mereka. Akan tetapi bersikap lembutlah kamu dan cerahkanlah wajahmu dalam menghadapi mereka.[18] Sayyid al-Qutb pula melihat larangan ini dari dua sudut yang berbeza pertama sebagai adab dalam berdakwah. Allah SWT. mengharamkan seseorang yang bersifat sombong dan angkuh semasa memimpin manusia kepada kebaikan. Kedua, lebih buruk lagi jika sikap ini diamalkan oleh orang-orang yang tidak pernah berdakwah kepada kebaikan.[19] Walau bagaimanapun, ayat ini mempunyai sejarah asbab al-nuzul yaitu tentang teguran Allah SWT. terhadap layanan Rasulullah SAW. kepada orang buta . Menurut kitab Durr al-Manthur, persamaan hak antara orang fakir dan orang kaya di dalam menuntut ilmu pengetahuan mesti diberi penekanan penting. Dalam surat Luqman ayat 19 dijelaskan bahwa وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ لقمان ١٩ Artinya Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.Qs. Lukman19 Menurut Sayyid Qutb, maksud sederhana di sini ialah gaya berjalan yang hemat, tidak melampai batas, tidak membuang tenaga menunjuk-nunjukkan lagak dan lenggang-lenggoknya yang sombong, juga gaya berjalan yang mempunyai matlamat karena perjalanan yang mempunyai tujuan dan matlamat itu tidak teragak-agak dan tidak berlenggang-lenggok malah terus menuju kepada tempat tujuannya dengan mudah dan lancar.[20] Merendahkan suara ketika berbicara menjadikan adab sopan dan kepercayaan kepada diri sendiri dan keyakinan kepada kebenaran dan kekuatan apa yang diucapkannya. Orang-orang yang biadab saja yang berbicara dengan suara yang keras dan bahasa yang kasar atau orang-orang yang ragu-ragu terhadap nilai perkataannya atau terhadap nilai dirinya sendiri lalu dia berusaha melindungi keraguannya itu di balik kata-katanya yang tajam, kasar dan keras. [1] Hasbi ash-Shiddiqy, al-Islam II, Semarang Pustaka Rizki Putra, 1999, hlm. 316. [2] Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta PT. Toko Gunung Agung, 1997, hal. 279. [3]Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Depertemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta Bulan Bintang, 2000, hal. 126. [4] Sayyid Qutb. Fi Zilal al-Quran Juzu’ 5. Beirut Dar al-Syuruk. 1988, hal. 65. [6] Sa’ad Abdul Wahid, Tafsir al-Hidayah ayat-ayat aqidah jld I, Yogyakarta Suara Muhamadiyyah, 2003, hal. 108 [7] Wahid, Tafsir,..., hal. 115. [8] Wahid, Tafsir,..., hal. 117-118. [9]Zainal Abidin Ahmad, Pendidikan Akhlak, Jakarta Bulan Bintang, 1976, hal. 82. [10] Qutb. Fi Zilal,..., hal. 120-122 [11] Al-Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafisr Jalalain, Bandung Sinar Baru Algesindo, 2004, hal. 1747. [12]Hamka, Pelajaran Agama Islam, Jakarta Pustaka Panjimas, 1956, hal. 176. [13] Tantawi, Muhammad Sayyid. Al-Tafsir al-Wasit Li al-Quran al-Karim. Mesir Dar al-Maarif. 1985, hal. 39. [14] Qutb. Fi Zilal,..., hal. 123. [15] Sa’ad Abdul Wahid, Tafsir Al-Hidayah, ....., hal, 116. [16] Qutb. Fi Zilal,....,hal. 123 [17] Zuhaily, Tafsir..., hal. 38 [18] Katsir, Tafsir., hal. 185. [19] Sayyid Qutb. Fi Zilal...,hal. 123. AlQur'an surat Luqman ayat 13-19 menunjukkan bahwa Luqman dalam menjalankan perannya sebagai orang tua adalah : menjadi teladan bagi anaknya dengan menggunakan metode pendidikan keteladanan dan metode nasihat. Adapun konten pendidikan yang terdapat surat Luqman ayat 13, 16, Tuntunan& Kisah-Kisah Teladan Berbakti Kepada Orang Tua di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. UfycRs.
  • m1myh1k5ju.pages.dev/211
  • m1myh1k5ju.pages.dev/10
  • m1myh1k5ju.pages.dev/328
  • m1myh1k5ju.pages.dev/53
  • m1myh1k5ju.pages.dev/476
  • m1myh1k5ju.pages.dev/367
  • m1myh1k5ju.pages.dev/138
  • m1myh1k5ju.pages.dev/223
  • kisah luqman merupakan teladan pendidikan orang tua kepada